Langsung ke konten utama

Aneka Pengorbanan Insan dalam Perang Uhud

 


Uhud adalah sebuah nama Gunung yang terletak di utara Madinah, berjarak sekitar 1 mil dari Madinah. Ketinggiannya sekitar 1.077 m. Dinamakan Perang Uhud karena lokasi pertempuran kaum muslim dan kaum musyrik terjadi di dekatnya. Rasulullah pun meletakkan pasukan pemanah di bukit Uhud tersebut.  Perang ini terjadi pada hari Sabtu, 7 Syawal 3 H atau diperkirakan bertepatan dengan 23 Maret 625 M.

Pada perang Uhud orang-orang kafir Quraisy membiayai pemberangkatan tentara dari hasil perdagangan mereka di Syam. Ketika itu seluruh dagangan dan keuntungannya diberhentikan oleh Abu Sufyan di Darun Nadwah, sebuah tempat yang dibangun oleh Qushay bin Kilab bin Murrah dan dipakai oleh orang-orang Makkah untuk bermusyawarah.
Abu Sufyan tidak membagikan harta dagangan tersebut karena dianggap tiada yang berhak atasnya. Hingga para tokoh kafir Quraisy berkata kepadanya : “Wahai Abu Sufyan, lihatlah barang-barang yang kau datangkan dari Syam tersebut kemudian engkau menahannya. Kau tahu bahwa hal itu adalah harta para penduduk Makkah dan modal orang-orang Quraisy. Padahal mereka telah merelakan harta tersebut sebagai bekal pemberangkatan tentara untuk menyerang Muhammad. Dan kau sendiri tahu bahwa mereka yang telah mati (pada perang Badar) adalah bapak-bapak kita, anak-anak kita dan keluarga kita semuanya.” Maka Abu Sufyan pun menjawab: “Benarkah orang-orang Quraisy telah merelakan harta tersebut?” Mereka mengatakan : ”Ya”. Abu Sufyan berkata : ”Kalau begitu, aku adalah orang yang paling pertama menyetujui rencana ini. Bani Abdi Manaf bersamaku. Aku seorang yang sangat dihinakan dan aku akan membalas dendam. Anakku Hanzhalah, juga para pemimpin kaumku telah terbunuh di Badar.” Saat itu, seluruh harta berjumlah 1000 unta (sekitar Rp 20 milyar) dan 50.000 dinar (sekitar Rp 212,5 milyar), atau totalnya sekitar 232,5 milyar rupiah untuk kurs 2023.

Terkait pengorbanan orang kafir tersebut, Allah Swt menurunkan firman-Nya, yang artinya :
“Sesungguhnya orang-orang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan, dan ke dalam Jahannam-lah orang-orang kafir itu dikumpulkan.” (TQS. Al Anfal[8] : 36)
Selain wafatnya penghulu para syuhada, yakni Hamzah bin Abdul Mutahllib. Dari peristiwa perang Uhud juga kita bisa mengambil pelajaran dari empat peristiwa kematian yang penuh dengan pengorbanan. Yang pertama dan kedua adalah kematian Shu’ab dan Mush’ab. Shu’ab adalah seorang budak yang membawa panji pasukan musyrik Makkah. Ia memegang panji setelah para pemegang panji sebelumnya terbunuh oleh pasukan muslim. Kilab bin Thalhah bin Abi Thalhah dibunuh oleh Zubair bin al-Awwam. Lalu al-Julas bin Thalhah bin Abi Thalhah dibunuh oleh Thalhah bin Ubaidillah. Kemudian Arthah bin Syurahbil berhasil dibunuh oleh Ali bin Abu Thalib. Serta Syuraih bin Qarizh yang tidak diketahui siapa pembunuhnya.

Shu’ab mengangkat panji itu dengan gagah berani. Ia mengangkat panji kaum musyrik itu dengan tangan kanannya. Quzman lalu menghampirinya dan berhasil menebas tangannya hingga putus. Shu’ab pun lalu memegang panji itu dengan tangan kirinya. Quzman pun terus menyerangnya hingga tangan kiri Shu’ab pun tertebas hingga putus. Kemudian Shu’ab mendekap panji itu dengan kedua lengannya yang masih tersisa seraya membungkukkan punggungnya. Quzman lalu menyerangnya dan berhasil membunuhnya. Kematian yang penuh pengorbanan, tetapi ia mati dalam memperjuangkan kekafiran.

Sungguh sangat berbeda dengan Mush’ab. Nama lengkapnya Mush’ab bin Umair. Ia dikenal dengan Mush’ab Al Khair (Mush’ab yang baik). Duta dakwah Islam pertama yang diutus Rasulullah Saw ke Madinah. Pemuda bangsawan, tampan dan kaya yang telah rela menukarkan semua kesenangannya hanya demi Islam. Pemuda yang membuat para shahabat menunduk dan menangis ketika melihatnya. Para shahabat melihatnya berjubah usang dan bertambal-tambal, padahal masih segar dalam ingatan mereka bagaimana penampilan Mush’ab sebelum masuk Islam. Pakaiannya selalu bersih dan indah ibarat bunga di taman serta menebarkan aroma wewangian. Melihatnya, Rasulullah Saw tersenyum bahagia dan bersabda : ”Dahulu tiada yang menandingi Mush’ab dalam mendapatkan kesenangan dari orang tuanya. Lalu semua itu ia tinggalkan demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.”

Pada perang Uhud, Mush’ab Al Khair terpilih sebagai pemegang panji Islam. Setelah Rasulullah Saw merapihkan barisan pasukan kaum muslim, beliau bertanya: “Siapa yang membawa panji kaum musyrik?” Dikatakan kepada beliau: “Bani Abdiddar.” Beliau bersabda: ”Kita lebih layak untuk itu. Mana Mush’ab bin Umair?” Mush’ab berkata: “Ini aku wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Ambillah panji ini.” Mush’ab pun mengambilnya dan maju di depan Rasulullah Saw.
Mush’ab membawa panji kalimah Tauhid itu dengan gagah berani. Bahkan tatkala barisan kaum muslim porak poranda, karena pasukan pemanah yang meninggalkan lokasinya lalu pasukan kaum muslim diserang balik oleh Khalid bin Walid, Mush’ab tetap gigih berperang. Seorang tentara berkuda musuh yang bernama Ibnu Qamiah menyerangnya hingga menebas tangan kanannya sampai putus. Mush’ab tetap teguh seraya membacakan Q.S. Ali Imran[3] : 144, yang artinya :
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan madharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”       

Kemudian Mush’ab meraih panji Islam dengan tangan kirinya. Namun sekali lagi Ibnu Qamiah berhasil menebas tangan kirinya hingga putus. Mush’ab tetap teguh seraya membaca ayat yang sama. Lalu ia mendekapkan panji Islam itu ke dadanya dengan kedua lengannya yang masih tersisa.  Namun untuk ketiga kalinya Ibnu Qamiah berhasil menyerangnya. Ibnu Qamiah menancapkan tombak yang berhasil menembus tubuh Mush’ab. Mush’ab pun syahid di jalan Allah. Kematian mulia yang penuh dengan pengorbanan.  Rasulullah Saw pun menegaskan bahwa beliau akan menjadi saksi atas kesyahidan Mush’ab dan para shahabat lainnya yang gugur saat itu.
Kematian yang ketiga adalah kematian Quzman. Lain halnya dengan Shu’ab yang berperang penuh pengorbanan lalu mati sebagai pasukan musyrik. Begitu pula Mush’ab yang berperang penuh pengorbanan lalu tercatat sebagai syuhada kaum muslim. Quzman adalah orang yang berperang bersama pasukan muslim, penuh pengorbanan dan gagah berani, tetapi ia tidak tercatat sebagai syuhada bahkan Rasulullah menyebutnya sebagai ahli neraka.

Quzman adalah lelaki terpandang dari Bani Zhafar. Ia terkenal sangat pemberani. Quzman ikut ke medan Uhud dan berperang dengan serius. Tatkala kaum muslim mengalami kekalahan dalam perang Uhud, ia mematahkan ujung pedangnya. Kemudian maju menerobos pasukan kaum musyrik hingga berhasil membunuh 60-70 tentara musyrik.
Quzman terluka sangat parah. Ketika ia dihampiri oleh para shahabat, dikatakan kepadanya : ”Selamat untukmu wahai Abu al –Ghaidaq. Kau mati syahid.” Ia menyahut :  ”Kabar gembira apa yang kalian sampaikan kepadaku? Demi Allah aku tidak berperang kecuali atas dorongan fanatisme keluarga.” Para shahabat menjawab: “Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan surga.” Ia menjawab : “Surga dari Harmal. Demi Allah, aku tidak berperang demi surga atau neraka, aku berperang semata-mata demi membela keluarga besar.”

Dalam riwayat lain di ujung hayatnya Quzman berkata : “Aku berperang hanya demi mempertahankan agar jangan sampai Quraisy menginjak-injak kehormatan kita.” Ia tidak tahan dengan luka-lukanya. Setelah belum berhasil bunuh diri dengan menembuskan anak panah ke badannya, ia pun menjatuhkan tubuhnya di atas pedangnya hingga menembus punggungnya, ia pun tewas. Mengenainya, Rasulullah Saw bersabda: “Ia termasuk penduduk neraka.” 
Adapun kematian yang keempat adalah yang terjadi pada Abdullah bin Jubair al-Anshari Al-Ausi. Nama aslinya adalah Abdullah Jubair bin Nu’man bin Umayyah, ia berasal dari Bani Tsa’labah bin Amru bin Auf. Abdullah bin Jubair mendapatkan julukan Abu al-Mundzir, tergolong angkatan pertama yang masuk Islam dari kalangan Yatsrib. Ia pun hadir dalam Bai’at Aqabah kedua.

Nabi Muhammad Saw mengangkat Abdullah bin Jubair sebagai panglima pasukan pemanah. Rasulullah menempatkan pasukan pemanah di bukit Uhud dan memerintahkan mereka supaya jangan meninggalkan lokasinya. Ketika perang Uhud berkecamuk pasukan pemanah melepaskan bidikannya ke arah pasukan musyrik. Anak panah pun melesat mengenai orang musyrik atau kuda yang ditungganginya. Hingga pasukan musyrik terpukul mundur dan kocar-kacir meninggalkan harta-hartanya. Saat itulah pasukan pemanah tergoda untuk mengambil harta ghanimah yang ditinggalkan pasukan musyrik. Abdullah bin Jubair segera mengingatkan mereka, ia berseru seraya memanjatkan pujian kepada Allah serta mengagungkan-Nya atas segala pemberian-Nya. Ia memerintahkan pasukannya agar taat kepada Rasul-Nya.

Langkah mundur pasukan musyrik ternyata hanya tipu muslihat saja. Setelah melihat pasukan pemanah menuruni bukit Uhud, Khalid bin Walid segera berputar dan menyerang kembali kaum muslim. Disusul kemudian oleh pasukan Ikrimah bin Abu Jahal.

Abdullah bin Jubair dan beberapa orang tersisa berusaha melawan. Ia menyerang dengan anak panahnya hingga tiada anak panah yang tersisa. Ia lalu mengambil tombaknya dan bertempur sengit dengan bersenjatakan tombak, hingga tombaknya patah. Tak patah semangat, kemudian ia mengambil pedangnya dan bertempur habis-habisan hingga membunuh musuh-musuhnya. Akhirnya pedangnya pun patah. Tetapi ia terus bertempur hingga ia terbunuh dan syahid.

Abdullah bin Jubair dibunuh oleh Ikrimah bin Abu Jahal. Ia bertempur dengan sangat hebat dan penuh pengorbanan. Bersama 10 pasukan pemanah yang masih tersisa, ia menghadapi 200 pasukan berkuda yang dipimpin Khalid bin Walid dan Ikrimah bin Abu Jahal Pasukan kaum musyrik memperlakukan jenazah Abdullah bin Jubair dengan sangat keji. Mereka menusuk-nusukkan tombak mereka hingga perutnya rusak dengan usus yang berhamburan.

Mengenai para syuhada Uhud, Allah Swt menurunkan firman-Nya (yang artinya) :
“Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia, dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian. Sungguh Allah telah memaafkan kalian. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.” (TQS. Ali Imran[3]: 152)   

Sebetulnya masih banyak lagi pelajaran yang dipetik dari peristiwa Uhud. Namun pada intinya, dari kecamuk perang Uhud kita melihat bahwa kaum mukmin dan kaum kafir sama-sama berkorban. Ada pengorbanan orang kafir, pengorbanan bermotif fanatisme kesukuan dan ada juga pengorbanan yang dilakukan sepenuhnya hanya karena Allah Ta’ala. Semuanya berkorban harta, tenaga dan bahkan nyawa. Tetapi yang mulia hanyalah pengorbanan kaum mukmin yang diniatkan karena Allah Ta’ala semata. Wallaahu a’lamu bishshawwaab. 
(Ary H.)

Sumber Bacaan :
  • Al Waqidi. Al Maghazi (ed. terj.) Sejarah Lengkap Peperangan Rasulullah Saw Jilid I.  Diterjemahkan oleh Abu Fuad. Al Azhar. 2015.
  • Fathi As’ad Na’jah. Pembela-pembela Islam, Buku Ketiga (terjemahan dari aS-Syakhshiyyah al-Islaamiyyah Ulama’ wa Qodah). Diterjemahkan oleh Mujiburrahman, SE. Pustaka Thariqul Izzah. 2006.
  • Ibnu Hisyam. Sirah Nabawiyyah Ibnu Hisyam Jilid 2 (terjemahan dari aS-sirah an-Nabawiyyah li-Ibni Hisyam). Diterjemahkan oleh Fadhli Bahri, Lc. Darul Falah. 2011.
  • Khalid Muhammad Khalid. 60 Sirah Sahabat Rasulullah Saw (terjemahan dari Rijal Haula Rasulillah). Diterjemahkan oleh Muhil Dhofir, Lc. Al-I’tishom. 2007.
  • M. Ali Dodiman. Kamus Pintar Daulah Islam. Pustaka Ali. 2014.

Komentar

Populer di Blog Ini

Agar Cinta Menulis

Mencintai pekerjaan adalah sesuatu hal yang sangat penting, begitulah pandangan keumuman kita. Bahkan, keahlian seseorang seringkali dihubungkan dengan kecintaannya pada suatu pekerjaan. Mencintai terlebih dulu pekerjaannya, barulah ada garansi untuk menjadi ahli karenanya. Dunia menulis pun tak luput dari pandangan tersebut. Untuk menjadi penulis, biasanya kita menghubungkannya dengan kecintaan seseorang terhadap aktifitas menulis. Misal, ketika seseorang suka menulis sedari kecil, disimpulkanlah bahwa ia berbakat menjadi seorang penulis. Benarkah mesti demikian adanya? Penulis tidak membantah adanya kesukaan seseorang terhadap menulis sedari kecil. Mungkin memang benar demikian adanya. Penulis pun tak menampik bahwa mencintai menulis adalah sesuatu yang penting. Karena, cinta menulis akan membuat kita enjoy bersamanya. Namun, penulis kurang setuju jika cinta menulis merupakan bakat bawaan sedari lahir. Sehingga, ia tak bisa disemai dan ditumbuhkan. Ada dua hal pokok yang b...

Mengawal Gerakan Literasi

sumber gambar : literasi[dot]jabarprov[dot]go[dot]id. Geliat aktifitas literasi dan kepenulisan generasi muslim belakangan ini memang begitu menggairahkan. Hal ini seolah memberikan banyak harapan dan angin segar kebangkitan. Apalagi dengan berbagai kemudahan fasilitas berkarya dan memublikasikannya. Geliat ini bukan sekedar isapan jempol. Karena sebuah tulisan, konon bisa memberikan pengaruh yang lebih besar dan lebih lama dibandingkan sebuah ucapan. Sehingga sangatlah besar ekspektasi terhadapnya; geliat kepenulisan generasi muslim akan menghantarkan pada geliat kebangkitan Islam.    Sebagaimana aktifitas membaca, sebenarnya aktifitas menulis tidaklah akan menghantarkan pada kebangkitan masyarakat. Karena pada hakikatnya, membaca dan menulis hanyalah bagian dari sarana penyerapan dan penyampaian informasi. Informasi tersebutlah yang akan disimpan sebagai pemikiran di dalam otak kemudian pandangan hidup (aqidah) yang dimiliki setiap insan akan menentukan apakah pe...

Langkah Praktis Menulis Via Blog Mulai dari Nol

Rekan-rekan semua, berikut akan saya paparkan bagaimana tips praktis membuat blog dengan blogger. Mari kita ikuti langkah-langkah berikut : Bagi yang belum punya email, masuk ke  www.gmail.com Pilih  Buat akun   Isi formulir pada tampilan berikut dan ikuti langkah sampai konfirmasi bahwa email sudah aktif.   Jika email sudah aktif, silahkan masuk ke  www.blogger.com Klik  Tambahkan Akun  pada tampilan berikut : Setelah muncul tampilan di bawah ini,  Masukkan email rekan-rekan semua, sebagai contoh saya masukkan email saya ary.smknkadipaten@gmail.com, klik berikutnya, lalu isikan password email rekan-rekan semua. Pilih Buat Profil Google+ lalu ikuti langkah selanjutnya (saya sarankan memakai identitas sesuai KTP, karena kita sedang membuat kartu nama di dunia maya). Sampai muncul seperti di bawah ini atau yang semisalnya (mungkin tampilan berbeda-beda tergantung lengkapnya langkah yang diambil). Lalu, pilih  Lanjutk...

Total Tayangan