Langsung ke konten utama

Bukan Motivasi

 

Melihat anaknya yang selalu terlihat murung, Sang ibu pun bertanya kepada anaknya.
“Nak, mengapa belakangan ini kamu sering terlihat murung?” sapa Sang ibu.
“Jangan terus terpuruk seperti itu jika punya masalah, bangkitlah!” Sang ibu memotivasi.
Mendengar ucapan Sang ibu, Sang anak terdiam. Tak lama, ia pun menjawab dengan suara yang pelan,
“Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi.”
Mendengar ucapan Sang anak, Sang ibu tak mau menyerah. Ia pun terus berusaha memotivasi anaknya.
            “Kamu pasti bisa bangkit Nak. Jangan terus larut dan tenggelam dalam masalahmu sendiri”
“Setiap orang pasti punya masalah, dan kamu pasti mampu mengarunginya.”
Sang anak malah menundukkan pandangannya, tak sedikit pun ia menatap wajah ibunya yang tersenyum penuh semangat. Lalu berkata,
            “Aku tenggelam dalam lautan luka dalam.”
Sang ibu pun mulai memahami kondisi anaknya yang sedang putus asa. Tetapi ia tetap berharap Sang anak mau bangkit dari masalah yang dihadapinya. Seraya mengusap pundak anaknya, Sang ibu berkata dengan penuh kelembutan.
            “Sedalam apapun masalahmu Nak, pasti ada jalan keluarnya.”
            “Sampaikanlah kepada Ibu, mungkin ibu bisa membantu.”
Sang anak hanya terus tertunduk tanpa senyuman. Ia tertekur dengan mata penuh kesenduan. Hanya sedikit kalimat yang keluar dari mulutnya.
            “Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang,” ujar Sang anak seraya menggelengkan kepalanya dengan pelan.
Setelah berbagai upaya motivasi yang diberikannya, Sang ibu pun mulai terbawa suasana. Satu keinginan dalam hatinya, anaknya harus bangkit dan menghadapi masalah. Tetapi, mengapa anaknya tak mau juga mengerti. Dengan nada sedikit memelas, ia kembali mengingatkan anaknya.
            “Nak, hidup ini penuh rintangan. Jika kamu gampangan seperti ini, bagaimana nanti?”
            “Ibu masih di sini bersamamu, bagaimana jika kelak ibu meninggalkanmu untuk selamanya?”
Mendengar pertanyaan Sang ibu yang begitu emosional, Sang anak hanya tertegun. Ia pun mengangkat kepalanya dengan pelan. Ia tatap mata Ibunya, lalu berkata,
            “Aku tanpamu, butiran debu,” hanya kalimat pendek itulah yang keluar dari mulutnya.
Kisah fiktif ini awalnya saya baca dari sebuah buku. Terus terang, saya lupa lagi judul dan penulis bukunya, namun semoga kisah inspiratifnya menjadi amal jariyah untuk beliau. Sengaja saya menceritakan kembali kisah ini untuk dapat diambil pelajaran.
Sejuta motivasi takkan bermakna. Jika tak ada sedikit pun keinginan yang muncul dari diri kita sendiri. Sebagaimana manusia dewasa yang tenggelam di kolam sedalam 50 cm. Hanya akan terjadi jika ia hanya berbaring pasrah, serta tak sedikit pun berusaha untuk bangkit. Ketika mulai kehabisan nafas, ia pun hanya diam. Ketika air mulai masuk ke pernafasan dan paru-paru, ia pun hanya terdiam. Tak ada keinginan untuk bangkit dan berdiri. Kolam dangkal menjadi mematikan, masalah sepele pun menjadi menakutkan.
Bagi yang tak mau bergerak dan bangkit. Semua masalah di benaknya menjadi besar. Semua mimpi dan keinginan seolah menjadi mustahil. Padahal sejuta motivasi ditujukan kepadanya, ia tetap tak mau bangkit dan bergerak. Padahal, berjuta kemudahan di balik satu kesulitan sudah merupakan sunnatullah. Allah Swt berfirman, yang artinya:
“Maka sesungguhnya bersama (satu) kesulitan itu terdapat (banyak) kemudahan. Sesungguhnya sesudah (satu) kesulitan itu terdapat (banyak) kemudahan.” (TQS Al Insyirah[94] : 5-6)
Saya sengaja menambahkan kata berkurung. Penggunaan al ‘usr (memakai alif lam/ bentuk ma’rifat) dengan yusr (tanpa alif lam/bentuk nakirah) dalam ayat tersebut mengandung makna kuantitas yang berbeda.
Tak sedikit dari kita terjebak kalimat blunder yang hanya berujung pada satu kata, yakni motivasi. “Sejuta motivasi tak berarti jika tanpa aksi. Sejuta aksi tak bernilai jika tak islami. Amal islami mudah layu jika tak istiqomah. Keistiqomahan pun mudah patah jika tanpa pengorbanan. Namun, semangat pengorbanan kadang harus terpancing oleh motivasi yang mengena diri.”  Ujung-ujungnya, motivasi lagi.
Memang benar, tak ada aktifitas/perbuatan tanpa dorongan dan motivasi. Tetapi tidaklah tepat jika kita selalu mengharapkan motivasi luar yang akan menggerakkan diri kita. Diri kita bergerak karena motivasi kita. Jika kita diam, sejuta motivasi pun tak berarti. Sebagaimana yang termaktub dalam kitab mulia, “Allah tidak mengubah nasib suatu kaum, sehingga kaum itu mengubah apa yang ada di dalam diri mereka.” (TQS. Ar Ra’du[13]: 11).

Semua ikhtiar merupakan pilihan kita. Akan tetapi ada beberapa hal yang tak bisa kita lupakan sebagai manusia. Sifat pelupa selalu melekat pada manusia, karena itulah kita mesti saling mengingatkan untuk selalu pada track yang benar. Jika kita menyukai aktifitas menulis, maka bergaullah dengan para penulis. Jika kita ingin menjaga keshalihan diri, bergaullah dengan orang-orang shalih. Selanjutnya, sunatullah selalu melekat. Manusia berlari karena ia belajar berjalan. Manusia berjalan karena ia belajar berdiri. Begitulah sunnatullah, untuk menjadi ahli dan pakar, kita harus menjadi pembelajar. Semoga bermanfaat.

= Ary H. =

Komentar

Populer di Blog Ini

Agar Cinta Menulis

Mencintai pekerjaan adalah sesuatu hal yang sangat penting, begitulah pandangan keumuman kita. Bahkan, keahlian seseorang seringkali dihubungkan dengan kecintaannya pada suatu pekerjaan. Mencintai terlebih dulu pekerjaannya, barulah ada garansi untuk menjadi ahli karenanya. Dunia menulis pun tak luput dari pandangan tersebut. Untuk menjadi penulis, biasanya kita menghubungkannya dengan kecintaan seseorang terhadap aktifitas menulis. Misal, ketika seseorang suka menulis sedari kecil, disimpulkanlah bahwa ia berbakat menjadi seorang penulis. Benarkah mesti demikian adanya? Penulis tidak membantah adanya kesukaan seseorang terhadap menulis sedari kecil. Mungkin memang benar demikian adanya. Penulis pun tak menampik bahwa mencintai menulis adalah sesuatu yang penting. Karena, cinta menulis akan membuat kita enjoy bersamanya. Namun, penulis kurang setuju jika cinta menulis merupakan bakat bawaan sedari lahir. Sehingga, ia tak bisa disemai dan ditumbuhkan. Ada dua hal pokok yang b...

Mengawal Gerakan Literasi

sumber gambar : literasi[dot]jabarprov[dot]go[dot]id. Geliat aktifitas literasi dan kepenulisan generasi muslim belakangan ini memang begitu menggairahkan. Hal ini seolah memberikan banyak harapan dan angin segar kebangkitan. Apalagi dengan berbagai kemudahan fasilitas berkarya dan memublikasikannya. Geliat ini bukan sekedar isapan jempol. Karena sebuah tulisan, konon bisa memberikan pengaruh yang lebih besar dan lebih lama dibandingkan sebuah ucapan. Sehingga sangatlah besar ekspektasi terhadapnya; geliat kepenulisan generasi muslim akan menghantarkan pada geliat kebangkitan Islam.    Sebagaimana aktifitas membaca, sebenarnya aktifitas menulis tidaklah akan menghantarkan pada kebangkitan masyarakat. Karena pada hakikatnya, membaca dan menulis hanyalah bagian dari sarana penyerapan dan penyampaian informasi. Informasi tersebutlah yang akan disimpan sebagai pemikiran di dalam otak kemudian pandangan hidup (aqidah) yang dimiliki setiap insan akan menentukan apakah pe...

Langkah Praktis Menulis Via Blog Mulai dari Nol

Rekan-rekan semua, berikut akan saya paparkan bagaimana tips praktis membuat blog dengan blogger. Mari kita ikuti langkah-langkah berikut : Bagi yang belum punya email, masuk ke  www.gmail.com Pilih  Buat akun   Isi formulir pada tampilan berikut dan ikuti langkah sampai konfirmasi bahwa email sudah aktif.   Jika email sudah aktif, silahkan masuk ke  www.blogger.com Klik  Tambahkan Akun  pada tampilan berikut : Setelah muncul tampilan di bawah ini,  Masukkan email rekan-rekan semua, sebagai contoh saya masukkan email saya ary.smknkadipaten@gmail.com, klik berikutnya, lalu isikan password email rekan-rekan semua. Pilih Buat Profil Google+ lalu ikuti langkah selanjutnya (saya sarankan memakai identitas sesuai KTP, karena kita sedang membuat kartu nama di dunia maya). Sampai muncul seperti di bawah ini atau yang semisalnya (mungkin tampilan berbeda-beda tergantung lengkapnya langkah yang diambil). Lalu, pilih  Lanjutk...

Total Tayangan