Langsung ke konten utama

Postingan

Bismillahirrohmanirrohim

Pembebasan Aleppo (Halab)

Aleppo  yang dalam bahasa Arab dikenal dengan Halab. Merupakan kota terbesar kedua di Suriah, setelah Damaskus. Halab termasuk dalam kota-kota utama di wilayah Syam, yaitu wilayah yang berbatasan dengan sungai Eufrat di sebelah Timur Laut, dan dengan Mesir di sebelah Barat Daya. Syam membentang dari Pegunungan Tai’ di sebelah Tenggara hingga Laut Tengah dan Pegunungan Anadol di sebelah Barat Laut. (as-Shinnawy, 2006) Halab dibebaskan pada masa kekhalifahan Umar bin Al Khaththab. Pembebasan Halab dilakukan setelah Abu Ubaidah bin Al Jarrah membebaskan Damaskus, Fihl, Bisan, Tabariyah, Homs dan Al Jazirah. Abu Ubaidah menyerang Halab dengan ‘Iyad bin Ghanam al-Fahri sebagai komandan pasukannya. Dalam satu riwayat dikatakan bahwa kaum muslim mengepung Halab selama empat bulan atau lebih. Penduduk Halab sudah menyerah dan meminta perdamaian, namun benteng-benteng mereka sulit ditaklukkan. Dalam upaya pengepungan tersebut, banyak kaum muslim yang gugur karenanya. Sebagai Gubernur S...
Postingan terbaru

Ma Ta'buduna Min Ba'di?

  أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهاً وَاحِداً وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُون َ Artinya : “Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’qub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang akan kalian sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (TQS. Al Baqarah[2] : 133).   Para ulama tafsir menjelaskan bahwa ayat ini berkaitan dengan Kaum Yahudi dan Nasrani selalu saja berpaling dari mentauhidkan Allah Swt. Bahkan tatkala mereka hidup di zaman Rasulullah Saw, pada saat wahyu masih turun. Mereka pun tetap mendustakan Rasulullah. Padahal mereka berhadapan langsung dengan Sang Utusan Allah tersebut. Tak hentinya mereka mendustakan Allah dan Rasul-N...

Predikat Halal dan Haram

  Khair (Baik) dan Syarr (Buruk) serta Hasan (Terpuji) dan Qabih (Tercela) merupakan lafazh Bahasa Arab. Orang Arab menggunakannya untuk makna tertentu. Allah Swt menggunakannya di dalam Al Quran dan As Sunnah untuk menunjukkan makna bahasanya sebagaimana orang Arab pada satu sisi dan menunjukkan makna syara’ nya pada sisi yang lain sesuai indikasinya. Adapun halal dan haram merupakan dua lafazh yang dialihkan maknanya dari makna bahasa menjadi makna syara’.   Makna bahasanya diabaikan dan menjadi makna haqiqiyyah syar’iyyah (makna hakiki sesuai definisi syariah) ketika tertera dalam Al Quran dan As Sunnah. Allah Swt berfirman وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلْبَيْعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰا۟ “…padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (TQS. Al Baqarah: 275) Rasulullah Saw bersabda الْحَلَالُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ وَالْحَرَامُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ "Yang halal adalah apa yang dihalalkan Allah di dalam kitab-Nya, dan yang haram ...

Penilaian Terpuji dan Tercela

Bahwasanya penilaian Hasan (terpuji) dan Qabih (tercela) suatu benda dan perbuatan bisa berdasarkan pada kesesuaian atau pertentangannya dengan fitrah manusia, bisa pula berdasrkan adanya pahala dan siksa dari Allah Swt. Adapun dari segi kesesuaian dan pertentangannya dengan fitrah manusia, bahwasanya manusia mampu menginderanya dan akalnya   pun mampu untuk melakukan penilaian atasnya. Misal, rasa manis seperti gula dinilai sebagai sesuatu yang terpuji sedangkan rasa pahit seperti pada buah batrawali sebagai sesuatu yang tercela. Begitu pula menilai ilmu dan kekayaan sebagai sesuatu yang terpuji sedangkan kebodohan dan kefakiran sebagai sesuatu yang tercela. Berdasarkan adanya kesempurnaan dan kekurangan yang ada pada berbagai hal tersebut. Karena Allah Swt telah menganugerahkan berbagai khasiat yang memungkinkan manusia untuk memikirkannya. Ada al gharaiz (berbagai naluri), hajjah ‘udlwiyyah (kebutuhan jasmani) dan akal. Akan tetapi penilaian terhadap benda dan perbuatan,...

Al Qalbu

Pemaknaan Lafadz dalam Bahasa Arab Memaknai lafadz dalam nash memiliki metode tersendiri. Syaikh Atha’ ibnu Khalil Abu Ar Rasytah hafizhahullahu ta’ala dalam At Taisir fi Ushul At Tafsir menjelaskan bahwa makna lafadz dalam bahasa Arab terdiri dari 4 jenis : 1. Makna Hakiki yang terdiri dari 3 jenis makna: 1.1. Al Haqiqah Al Lughawiyyah (Hakiki secara bahasa) Yakni makna yang ditempatkan pada lafadz sebagaimana asal penempatannya dalam bahasa Arab seperti lafazh “Ro’sun” (kepala) bagi manusia dan hewan adalah bagian paling atas dari tubuh. 1.2. Al Haqiqah Al ‘Urfiyyah (Hakiki menurut kebiasaan orang Arab) Yakni makna yang dialihkan sesuai kebiasaan orang Arab dalam penggunaannya sebagai pengganti dari makna asal, seperti penggunaan lafazh “Addabbah” untuk “setiap hewan berkaki empat” sesuai kebiasaan orang Arab dalam penggunaannya. Makna ini merupakan pengganti dari makna asalnya, yakni “setiap apa yang berjalan di muka bumi”. Maka kata “Addabbah” merupakan makna Haqiqah ‘Urfiyyah (h...

Total Tayangan